Ingin Mencari Website Yang Relevan?

Google

Ingin Duit Dari Internet?

Rabu, 23 April 2008

Ketika Rumah Tangga Berbaur dengan Wisma

(Kompas Minggu, 20 April 2008)
Meski kerap disebut "lokalisasi", yang berarti pembatasan pada suatu kawasan tertentu, hampir semua kawasan pelacuran di Kota Surabaya berbaur dengan masyarakat setempat. Rumah bordil dan rumah tangga biasa kerap berbaur dalam satu lingkungan.
Di Dolly-Jarak, rumah warga biasa sering ditempeli tulisan "rumah tangga", sedangkan rumah bordil disebut wisma. Namun, penghuni rumah tangga, termasuk anak-anak, bebas saja berkeliaran di tengah suasana mesum itu.
Anak-anak kecil di Jarak, misalnya, leluasa bermain di antara perempuan bergincu yang mejeng sejak sore. Saat malam, ketika musik dangdut koplo berdentum-dentum, anak-anak masih blusukan di gang-gang sempit yang jadi tempat transaksi seks.
"Kami bentengi anak-anak dengan belajar mengaji di masjid. Kami selalu kontrol agar mereka tidak keluyuran," kata Dwi (27), warga yang hidup di tengah lokalisasi di Jarak. Dua anaknya, Ari (9) dan Adi (2), tampaknya tumbuh baik-baik saja.
Di Bangunrejo, Moroseneng, atau Kremil (tiga kawasan pelacuran lain di Surabaya), juga tak ada batas antara lingkungan hunian umum dan wisma bordil. Selama ini suasana hampir damai-damai saja.
Menurut pengamat sosial dari Universitas Airlangga (Unair), Bagong Suyanto, sebagian masyarakat yang tinggal di daerah lokalisasi justru memiliki daya resistensi atau pertahanan sendiri. Meski begitu, masyarakat tetap perlu diberdayakan agar bisa menjaga diri dari potensi terkena penyakit menular seksual, HIV/AIDS, peredaran narkona, dan kriminalitas.
Menurut catatan Yayasan Abdiasih, jumlah penduduk dan pekerja seks komersial (PSK) di kawasan Dolly yang positif menderita HIV/AIDS tiga tahun terakhir ini mencapai 50 orang. Empat di antaranya sudah meninggal. "Penyebaran penyakit ini banyak yang lewat jarum suntik narkoba atau seks bebas," kata Vera, yang nama aslinya Lilik Sulistyowati, Direktur Yayasan Abdiasih.
Beberapa LSM di sekitar Dolly sengaja menggalakkan program pemberdayaan masyarakat dan kampanye kesehatan reproduksi dan bahaya HIV/AIDS. "Kami prihatin, banyak remaja SMP atau SMA di sini yang suka jajan PSK di wisma. Kalau sudah ketagihan dan kepepet, remaja itu bisa melakukan apa saja untuk dapat uang, termasuk berbuat kriminal." kata Supriyono, pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Gerbang Permata di Kelurahan Pakis. (IAM/SHA)

Tidak ada komentar: